Postingan

Pengen Berak

Kenapa keinginan untuk berak selalu datang di saat yang tidak tepat? Gue selalu sebel sama tai gue sendiri, maaf maksud gua tinja (biar ngga terlalu frontal, kita pake kata tinja aja kali ya). Kenapa? karena dia biasanya keluar saat gue ngga butuh, giliran gue butuh dia ngga keluar. Ada beberapa atau mungkin banyak dari lo juga ngerasain hal yang sama, kan? Kira-kira kenapa tinja itu bisa seolah-olah membaca isi kepala kita? Gue punya teori. Jangan-jangan, tinja yang selama ini hanya kita anggap kotoran itu, sebetulnya punya pikiran sendiri. Dia bukan hanya sebuah kotoran, ia sebuah entitas yang dapat berpikir. Kita selama ini salah menilai tinja. Gue akan coba buktikan teori gue barusan dengan kisah gue di bawah. ------ Gue selalu berusaha mengeluarkan tinja ketika mandi, biasanya di waktu pagi.  Gue jongkok di WC sambil ngeden sekuat yang gue bisa. Ngga tau berapa lama gue jongkok berupaya mengeluarkan itu tinja, intinya pas gue berdiri lutut gue kesemutan. Tapi, ternyata lubang WC g

Nulis Lagi, Bahas Hati

Halo semuanya... Gue memutuskan untuk kembali lagi nulis di blog, ngga tau kenapa. Pengen aja. Satu hal yang gue sukai dari menulis adalah kita bebas untuk berekspresi. Bebas untuk menumpahkan semua isi kepala yang ada (dan mungkin juga isi hati). Tapi, satu hal yang paling gue sukai dari menulis adalah kita bisa merekam sejarah yang ada, apapun itu, termasuk kenangan sama seseorang. Perlu lo tau, gue sempet pernah mau bikin sebuah buku genre komedi bareng temen SMP (cukup ambisius). Kita terinspirasi dari Raditya Dika. Saat itu, kita lagi suka-sukanya baca bukunya Raditya Dika, salah satunya Radikusmakankakus. Dulu, gue juga sempet nulis di blog. Tapi, ngga lama. Dan ngga tau kenapa, sekarang gue pengen nulis lagi.  Selain buku-bukunya, gue juga suka film-filmnya bang Radit. Baru aja tadi, gue kembali nonton salah satu filmnya bang Radit, Koala Kumal. Salah satu film yang udah gue tonton berkali-kali. Film yang jalan ceritanya mungkin relate sama sebagian orang, termasuk gue.  Ada ban